Selasa, 19 Agustus 2014

“BAKTIKU UNTUKMU SEPANJANG MASA”


 
Oleh : Imas Rismawati
22 Desember 2012

Kasih Ibu…..
Kepada beta,,,,
Tak terhingga sepanjang masa…..
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia…..
          Ku biarkan alunan lagu mencari tempat yang seharusnya ia snggahi, yaitu Hati. Alunan lagu itu seakan mengguncang jiwaku, memanggil kerinduanku,,, kerinduanku terhadap Ibu.
            Ku dengarkan alunan itu dengan seksama, dan ternyata alunan itu berasal dari televise di depan kamar, dan terlihat……
Seorang malaikat kecil yang polos tengah menyaksikan lakon seorang anak yang memberi setangkai mawar kepada ibunya di iringi lagu lama namun tetap ternama, sembari ia mengucapkan “Selamat Hari Ibu” lalu keduanya berpelukan denagn berurai air mata.
            Kusaksikan malaikat kecil it pun perlahan mengeluarkan embun pagi dari sudut matanya yang mungil. Hemm… malaikat kecil itu berlari ke arahku, ia memelukku, dan terucap dari bibirnya perlahan tapi pasti,
            “Kak, ibu kapan pulang…??? Adik mau ngucapin selamat hari Ibu”
Mendengar pertanyaan itu, aku bingung, jawaban apa yang harus ku berikan.
            “Adik,,  adik ngucapinnya lewat Doa aja ya,, ibu pasti senang..” ucapku menghiburnya.
            “Tapi kak, Adik mau bertemu ibu sekarang, sekarangkan hari Ibu, kalau nanti…. Kan bukan hari ibu lagi kak.”
            “Iya sayang, tapi Adik bisa ngucapin Selamat hari Ibu kapan saja kok, tidak harus hari ini saja, setiap hari Adik boleh mengucapkannya, itu malah lebih bagus”
Aku kehabisan kata untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Percuma saja aku katakana Ibu sudah tiada, Adik kecilku tak akan mengerti dengan keadaan itu. Embun yang sudah mulai menetes di sudut mataku, terpaksa ku tahan. Aku tak ingin embun itu jatuh di hadapan adik ku.
            Dalam hati aku berfikir……
Hari apakah sekarang,,,??? Ada apa dengan hari ini,,?? Mengapa Adikku sampai menangis menanyakan ibu…??!!
Dan mengapa,, hari ini semua anak seakan baik terhadap ibunya,, memberinya puisi, bunga, coklat, bahkan syair lagupun sengaja di perdengarkan  untuk ibu..!!!
Ya,, acara di Televisi pun seakan mengagung-agungkan Ibu, semua kisah dan cerita tentang ibu seakan di gali dan dikorek hanya untuk di persembahkan di hari ini, tanggal 22 Desember. Banyak para artis yang sengaja di undang ke acara-acara talk show, mereka menangis, mengaku bersalah, dan meminta maaf kepada ibunya.
Aku heran, kenapa baru hari ini mereka ingat kepada ibu mereka, memangnya apa yang selama ini mereka lakukan hingga mereka baru sempat melakukan itu semua terhadap ibunya. Dan yang aku tidak mengerti, setelah hari ini berakhir, ya,, seakan berakhir pula bakti mereka pada ibu. Mereka kembali sibuk, kembali tak eperdulikan keberadaan ibu mereka. Kembali membiarkan ibu mereka sendiri, menunggu dalam sepi.
            Ya,, Itulah yang terjadi sekarang di dunia ini. Keberadaan seorang ibu hanya dalam satu hari.
Perlu kita ketahui,,. Seperti yang telah saya katakan kepada Adik saya, bahwa
 “HARI IBU BUKANLAH MOTHER DAY”.
Hari untuk ibu adalah seluruh hari saat kita masih dapat berdiri, bahakan sepanjang bumi ini masih dapat berotasi.
Ibu,,, selalu memberikan Doanya setiap detik. Namun kita,??? Jangankan berdoa, untuk mengingatnya saja sulit, walaupun hanya setitik.
Ketika kita sakit, Dialah orang terakhir yang mendampingi dan berada di sisi kita, di saat yang lain sudah beranjak. Kita pun seperti itu… Ketika kita mendapat kebahagiaan, Ibu adalah orang terakhir yang mendengar kabar kebahagiaan kita.
Begitukah cara kita mencintai ibu..?????
Jika keadaannya seperti itu….
Apa gunanya “Mother day” tanggal 22 Desember. Itu hanya menambah kepedihan seorang ibu. Mereka yang di manjakan, di sayang, itu hanya tanggal 22 Desember, ssetelah tanggal itu berganti, keadaan pun berganti. Sang ibu kembali di telantarkan, di tinggalkan, tak diperhatikan, sepeerti seseorang yang tiba-tiba di hempaskan dari keindahan angkasa.
            Terbayang oleh kita bukan, betapa sedih, dan terlukanya ibu tercinta.
Setiap detik, menit, hari, tahun,,
Itu adalah waktu yang disediakan oleh Allah untuk kita berbakti, menyayangi, memberikan yang terbaik untuk kedua orang tua, terutama Ibu.
Jadi,,, ada yang perlu kita perbaiki dalam pola fikir kita,
Jangan pernah berfikir hari ibu hanya jatuh pada tanggal 22 Desember
Tapi,, ya, seperti yang telah saya uraikan
Hari untuk ibu adalah sepanjang masa.

Payung Bunda




Imas Rismawati
06 Januari 2014

Kemarin sore aku pergi ke pusat perbelanjaan di wilayah saruni,. Langkah awal aku dan Nia ternyata di sambut rintik hujan yang perlahan menderas. Namun dengan segala resiko kami tetap melanjutkan perjalanan. Dan sampailah kami di tempat itu, tempat sebagian orang memberikan dan menghabiskan uangnya dan menukarnya dengan benda lain.
Asyik memilih di dalam toko, membuatku lupa akan waktu dan keadaan di luar yang ternyata semakin memburuk. Hujan semakin menunjukkan keperkasaannya di bumi Allah. Akhirnya kami menghampiri kasir toko yang sepertinya menunggu kami sejak tadi. Begitu selesai, kami seegera menuju pintu keluar, dan tanpa kami sadari di luar hari sudah menggelap dan hujan turun dengan derasnya, membuat kami tertahan di depan toko sembari mengharap hujan berbaik hati untuk segera berhenti.
Terlihat dari sebrang jalan, seorang anak turun dari angkutan umum, dan semakin lama semakin  mendekat kearah aku dan Nia. Dia masuk kedalam toko, dan dari luar terlihat dia serius memilih makanan yang akan di belinya.
Terdengar suara adzan, menandakan tiba saatnya melepas dahaga bagi yang berpuasa. Aku kembali masuk kedalam toko untuk membeli air mineral. Dan ternyata anak tadi juga tengah memilih minuman dan saat ini berdiri tepat disampingku dan tak disangka anak itu mengulum senyum kepadaku. Oh iya, lupa memberitahu, usia anak itu berkisar 13 tahunan. Sepertinya sih masih kelas 1 SMP.
Aku keluar terlebih dahulu, dan ternyata hujan masih tetap menunjukkan keperkasaannya, malah semakin menderas. Tak lama setelah aku keluar anak itupun menyusul dan berdiri di sebelah kiri dari tempat aku dan Nia berpijak. Terlihat kebingungan di raut wajahnya, ia menatap hujan dan terkadang menjulurkan tangannya, aku rasa dia sedang mengukur seberapa besar hujan yang turun saat itu.
Rasa lapar mulai berkecamuk, perutku menuntut hak nya agar segera dipenuhi. Karena melihat hujan yang enggan tuk berhenti, rasanya akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk kembali ke kostan, aku membeli makanan yang di jajakan di depan toko. Ku coba tawarkan makanan yang tak asing itu kepada anak tadi, dan lagi lagi dia tersenym sebari berkata “Terimakasih teh”.
Hujan mulai sedikit mereda, kulihat anak itu kembali mendekati tetes hujan kembali menjulurkan tangannya dan membiarkannya di sentuh oleh tetesan hujan. Tiba-tiba ia berbalik lantas mengucapkan “teteh duluan” dengan tangan di atas kepala anak itu berlari ditengah rintik hujan. Perlahan tapi pasti anak itu menjauh dari pandangan, namun terlihat seorang ibu dengan payungnya brdiri di seberang jalan. Dan itu ternyata sang bunda, yang sengaja datang menjemput anak itu.
Anak itu terlihat begitu lega, begitu bahagia menatap wajah hangat sang bunda, dia menghampiri bundanya dan mencium tangan sang bunda... mereka perlahan hilang, terhalang oleh tetesan air hujan.
Terenyuh hatiku melihat kehangatan yang terjalin di sore itu. Melihat  sang bunda yang begitu khawatir terhadap anaknya, aku jadi teringat pada mama. Mama juga sama, dulu ketika aku masih di Sekolah Dasar, mama selalu menjemputku ketika hujan turun. Membawa payung merah kebanggaan mama. Mama rela berkeliling ke rumah sekitar untuk mencari dimana aku berada, maklumlah aku kecil memang suka bermain jauh dari rumah tanpa pamit. Mama datang dengan wajah cemas, dan hal itu masih tergambar jelas di memori masa kecilku.
Mama, terimakasih untuk kecemasanmu
Terimakasih untuk sebuah payung yang selalu melindungiku dari hujan
Mama, aku rindu masa itu, dan aku rindu padamu mama…..
Semoga Allah senantiasa menyayangimu dan selalu memelukmu. Amin